Kamis, 19 Agustus 2010

Ja'far Umar Thalib


Masih ingat dengan Konflik agama di Ambon ???; iya, konflik Agama yang meletus di Maluku membuat nama beliau terkenal. Ja'far yang sebelumnya sebagai kepala pesantren berubah jadi Pemimpin Laskar. Ia menabuh genderang perang bersama anak buahnya melawan perusuh RMS ( Republik Maluku Selatan ) yang mengacau Maluku dan mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Malang benar nasib beliau, bukan penghargaan atau medali yang didapat, beliau malah ditangkap dan dipenjarakan karena pidatonya yang panas pada saat di Desa Soya menjelang meletusnya kerusuhan Ambon. Beliau di tangkap dengan alasan yang dibuat-buat, yaitu Menghina Presiden RI dalam pidatonya.

Ja'far Umar Thalib memang tokoh dengan perjalanan hidup penuh warna. Beliau bersekolah di Pakistan, bertemu dengan sejumlah pemikir islam di dunia, kemudian berjihad di Afganistan dan berkeliling di Timur Tengah. Riwayat inilah yang menjadikan ia salah satu target dalam kampanye perang melawan terorisme yang dikumandangkan AS.

Ayah Ja'far adalah Umar Thalib dimana keturunan Yaman-Madura yang aktif sekali di Al-Irsyad Malang. Sejak kecil Ja'far didik secara militer karena ayahnya veteran perang pada saat meletus 10 November Surabaya. Ja'far sering sekali di pecut dengan rotan jika berbuat salah.

Pria kelahiran 29 Desember 1961 ini mempunyai sikap keras dan kritis, Ayah dari sembilan anak dari empat istrinya ini pernah kabur dari pesantren Al-Irsyad milik ayahnya setelah lulus PGA menuju Pesantren Persis, Bangil pada tahun 1981. Dua tahun kemudian, karena merasa belum puas, ja'far pergi ke Jakartauntuk menimba ilmu dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Arab (LIPIA). Ternyata di LIPIA ia hanya bertahan tiga tahun dan di situ sempat berdebat dengan salah satu dosennya. Kemudian Ia disekolahkan ke Institute Maududi di Lahore, Pakistan. Di Pakistanpun ia tidak bertahan lama, tidak ada satu tahun ia kembali ribut dengan dosennya. Setelah itu ia sampai dua tahun kemudian terjun langsung berJihad di Afganistan.

Pada tahun 1989, setelah Ja'far pulang dari berjihad, ia memimpin pesantren Al-Irsyad di Salatiga. Di Salatigapun ia cuma bertahan satu setengah tahun setelah mengkritik pesantrennya habis-habisan. Tahun 1991 ia berangkat ke Yaman untuk berguru kepada sejumlah ulama, satu diantaranya adalah Syekh Muqbil Al-Wad'i di Yaman Utara. Pulang dari Timur Tengah pada tahun 1993, ia mendirikan Pesantren Ihya'us Sunnah di Degolan,Yogyakarta dan ia sekaligus sebagai pemimpinnya. pada rentang tahun 1994 - 1999 kemudian, ia spesialis mengajar di bidang tauhid.

Menanggapi pembantaian umat islam di Maluku, Ja'far langsung mencetuskan resolusi Jihad dengan tenggat waktu tiga bulan dalam sebuah tabligh akbar di Yogyakarta, 30 Januari 2000 silam. karena tenggat waktu yang diberikan tidak kunjung reda keadaannya, ia akhirnya mendeklarasikan berdirinya Laskar Jihad Ahlus Sunnah wal Jamaah. Tabligh Akbar di Stadion Senayan digelar yang dilanjutkan dengan latihan perang di Bogor yng dinamakan "Latihan Gabungan Nasional Laskar Jihad". beberapa bulan kemudian, ia mengutus 29 orang berangkat ke Ambon untuk pertama kalinya. Dalam penilaiannya, konflik Maluku adalah pemberontakan RMS, bukan kerusuhan SARA antara umat Muslim dan Kristen. Inilah yang membuat konflik berlarut-larut.

Sosok Ja'far memang cukup mengundang kontroversi, tetapi ia tidak bergeming, Maluku adalah milik NKRI dan tak boleh lepas selamanya.

1 komentar: