Pola pikir itu pula yang membidani lahirnya Al-Irsyad Al-Islamiyah, Sebuah gerakan pembaruan, memperbaiki pemahaman keberagaman muslim Indonesia waktu itu. Perbedaan prinsipnya dengan beberapa kalangan Arab kala itu, kian membuatnya menggebu melakukan pembaruan. Bahkan dengan Ahmad Dahlan dan KH. Zam Zam, bertiga mereka pernah berjanji untuk berdakwah tak kenal lelah merehabilitasi pemahaman agama.
Dari sinilah peran terbagi-bagi, Ahmad Dahlan bergerak untuk kalangan pribumi dengan Muhammadiyahnya dan Soorkati sendiri mengkhususkan diri berdakwah dikalangan Arab dengan Al-Irsyad. Secara organisatoris, Ahmad Soorkati bukan satu-satunya pendiri Al-Irsyad. Ada tokoh lain seperti Syekh Umar Mangqush, said Mash'abi, Saleh Ubayd Abat dan Salim bin Alwad Bawa'i.
Al-Irsyad sebetulnya terinspirasi dan diwarnai oleh Pemikiran Syekh Rashid Ridha yang mendirikan Jam'iyat dan Da'wah wa Al-Irsyad di Mesir. Tujuan Utama dari gerakan ini adalah menghasung kaum muslimin mengabdikan dirinya dalam mendidik umat dan memberikan yang terbaik untuk islam.
Gerakan ini pada awalnya berdiri di jakarta pada 6 September 1914,k dua tahun setelah Muhammadiyah berdiri. Tapi dalam waktu singkat terus berkembang dengan pesat ke beberapa kota lain di pulau jawa. Setidaknya dalam gerakan awalnya, ada lima prinsip yang dengan setia selalu dijaga oleh Al-Irsyad.
- Meneguhkan Doktrin persatuan kaum Muslim dan membersihkan ibadah dari unsur - unsur bid'ah
- mewujudkan kesetaraan derajat diantara Muslim dalam menggali Al Quran dan Sunnah.
- Memerangi taqlid yang merebak.
- Menyiarkan Ilmu dan ajaran islam
- Membangun Pemahaman antara Muslim Indonesia dan Keturunan Arab di Indonesia
Gerakan ini dalam perkembangannya mengkonsentrasikan diri dalam perbaikan kondisi religius kqaum muslim, dari kalangan Arab khususnya dengan cara mendirikan madrasah, rumah piatu, panti asuhan dan juga rumah sakit. Tak ketinggalan menyebarkan ide reformasi lewat tulisan dan penerbitan pun dilakukan oleh gerakan lewat berbagai even dan aksi, mulai dari publikasi, kelompok studi sampai aksi.
Pada tahun awal berdirinya, Al-Irsyad sudah memiliki madrasah Awaliyah dengan jenjang pendidikan selama tiga tahun. Ada juga Madrasah Ibtidaiyah dengan jenjang empat tahun, Madrasah Tajhiziah berjenjang dua tahun dan Madrasah Mu'alimin yang di khususkan untuk para Guru. Singkat kata, peran Al-Irsyad Al-Islamiyah dalam membangun umat dan membangun bangsa tak bisa diragukan lagi.
Tapi sungguh sayang, organisasi dengan peran panjang dan besar itu kini tengah digoyang badai, Perbedaan pendapat yang kian meruncing terjadi di dalam tubuh gerakan pelopor kebangkitan ini. Perbedaan tersebut terus berlanjut hingga ke meja hijau. Sebuah peristiwa yang mengatakan, sejarah besar tak lagi mampu menyatukan hati. Semoga ikatan hati (mukmin) kembali menyatukan organisasi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar